Selasa, 26 Januari 2010

Bagaimana Membangun Komunikasi Dua Arah?

Lalu lintas dua arah seringkali menimbulkan kemacetan, terutama di daerah yang padat kendaraan. Tetapi, tidak demikian dengan komunikasi. Komunikasi dua arah justru memperlancar hubungan di berbagai bidang, baik di tempat kerja maupun di rumah. Membangun komunikasi dua arah memang tidak mudah, tetapi siapa tahu dengan menyimak yang berikut, Anda pun bisa melakukannya.

APAKAH PERLU KOMUNIKASI DUA ARAH?

Untuk mengetahui apakah Anda memang perlu membangun komunikasi dua arah, coba jawab beberapa pertanyaan berikut.
• Apakah anak buah atau bawahan Anda sering datang kepada Anda dan secara nyaman menyampaikan ”unek-unek” mereka?
• Apakah Anda dan tim Anda bisa saling menerima kritik tanpa mengambil sikap defensif?
• Apakah Anda tahu rasa frustrasi, masalah, keinginan, minat anggota tim Anda?
• Apakah Anda sering menanyakan pendapat atau masukan dari anggota tim tentang suatu keputusan yang akan Anda ambil?
• Apakah dalam rapat dengan tim, ada kebebasan menyatakan pendapat, memberi usulan dan saran?
Jika sebagian besar jawaban Anda adalah ”tidak”, maka kemungkinan besar Anda perlu membangun komunikasi dua arah. Namun, jika sebaliknya, jawaban Anda kebanyakan adalah ”Ya”, Anda telah memupuk terjadinya komunikasi dua arah, namun tidak ada salahnya untuk menyimak beberapa kendala komunikasi dan usulah strategi komunikasi berikut.

KENDALA KOMUNIKASI
Roger Neugebauer dalam artikelnya ”Communication: A two-way Street” mengungkapkan beberapa kendala yang sering dialami oleh sebuah organisasi dalam berkomunikasi dua arah.
Protectiveness (Perlindungan). Pimpinan seringkali tidak memberitahukan informasi tertentu pada karyawannya atau timnya karena takut akan menyakiti hati karyawan. Alasan lain adalah bahwa pimpinan menganggap bahwa informasi tersebut harus dilindungi, dan bukan untuk konsumsi karyawan karena karyawan tidak akan mungkin mengerti apa yang akan disampaikan. Demikian pula dengan karyawan, mereka sering tidak menyampaikan informasi tertentu kepada pimpinan untuk melindungi dirinya dari tindakan pemecatan atau peringatan. Mereka takut jika informasi disampaikan maka pimpinan akan marah, lalu mendiskreditkan mereka, memberikan penilaian yang negatif terhadap mereka (sehingga berdampak pada kenaikan gaji yang kecil), atau bahkan yang paling ekstrem adalah memecat mereka.
Defensiveness (Pertahanan). Selain menahan informasi, seseorang juga bisa saja tidak mau menerima informasi (menolak untuk mendengar informasi yang disampaikan). Hal ini terjadi jika mereka sudah membentuk emosi negatif terhadap orang yang memberi informasi, mungkin karena orang tersebut telah merendahkan dengan kata-kata yang menyakitkan. Hal ini membuat ia merasa ”diserang”, sehingga secara alami, orang yang merasa diserang tersebut membangun benteng pertahanan dengan menahan informasi yang masuk. Ia menganggap informasi tersebut juga akan membuatnya sakit hati. Misalnya saja ada Pak Arief yang memberi komentar kurang baik tentang prestasi seorang anak buahnya. Anak buah Pak Arief cenderung merasa bahwa masukan tersebut ”menyerang” harga dirinya, egonya, dan kualitas kerjanya. Padahal sebenarnya Pak Arief hanya ingin memberikan masukan untuk perbaikan, tetapi masukan ini disampaikan dengan kata-kata yang tidak dipikirkan dulu penyampaiannya. Ketika merasa diserang maka anak buah Pak Arief cenderung akan marah, dan menutup ”telinga” terhadap informasi lainnya yang mungkin saja berguna untuknya (misalnya: informasi mengenai strategi memperbaiki kinerjanya).
Tendency to evaluate (Kecenderungan untuk menghakimi). Jika mendapat informasi dari seseorang mengenai keburukan orang lain, pimpinan cenderung mengambil sikap yang mengevaluasi tanpa mengumpulkan data yang lengkap sebelum berkomunikasi dengan orang yang dibicarakan tersebut. Karena terpengaruh oleh pandangan satu orang, pimpinan langsung membentuk opini tertentu dan mengambil keputusan sepihak tanpa melibatkan orang-orang yang terkait, dan tanpa mengumpulkan fakta lapangan yang cukup. Ini bukanlah merupakan komunikasi dua arah, tetapi komunikasi satu arah, atau bahkan bisa dikatakan bahwa tidak terjadi komunikasi sama sekali.
Narrow perspectives (Perspektif yang sempit). Karena jarang meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari lingkungan pekerjaan sendiri, seseroang seringkali dibatasi pada cara pandangnya sendiri. Ia tidak mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Pimpinan yang sering mengambil keputusan besar yang menyangkut keputusan keuangan dan strategi operasional secara umum, seringkali tidak mempertimbangkan detail pelaksanaan pekerjaan dan sudut pandang para pekerjaan. Sebaliknya, para karyawan, seringkali hanya melihat suatu masalah dari sudut pandangnya sendiri (kepentingan individunya semata, tanpa mencoba memahami sebuah situasi dari sudut pandang yang berbeda). Sempitnya perspektif inilah yang sering menyebabkan konflik (tiap orang hanya melihat dari sudut pandang sendiri, dan tidak mencoba memahami orang lain). Sebagai contoh, keputusan seorang pemimpin untuk membatasi percakapan telepon selama tiga menit saja, dianggap sebagai keputusan yang tidak populer, apalagi untuk bagian marketing yang sering kali menggunakan telepon untuk berhubungan dengan calon pelanggan atau pelanggan yang ada.
Mismatched expectations. Peter Drucker mengatakan bahwa pikiran manusia seringkali hanya membatasi informasi yang cocok dengan ekspektasinya Jika, ternyata informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka orang tersebut cenderung tidak termotivasi untuk mendengarkan informasi yang disampaikan. Misalnya: jika dalam rapat-rapat ternyata seringkali tanggapannya tidak diperhatikan, maka karyawan cenderung enggan menyatakan pendapat, karena ia beranggapan percuma saja menyampaikan pendapat, karena biasanya juga tidak ada follow-up-nya. Demikian pula dengan pimpinan, yang sering mendengarkan pendapat karyawan yang dianggapnya tidak relevan dengan keputusan yang akan diambil. Pimpinan tersebut cenderung tidak mendengarkan pendapat dari orang tersebut di waktu-waktu yang berikutnya.
Insufficient time. Alasan lain adalah keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh. Karena kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan segera, seringkali waktu berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi dilakukan dengan tergesa. Akibatnya, informasi yang disampaikan kepada orang lain pun tidak lengkap. Dampaknya adalah orang lain hanya menerima sebagian informasi (tidak utuh), sehingga ada kemungkinan informasi tersebut salah dipahami.

MEMBANGUN KOMUNIKASI DUA ARAH
Setelah memahami berbagai kendala yang menghambat terjadinya komunikasi dua arah, kita akan lebih mudah untuk menyusun strategi guna membangun komunikasi dua arah tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dicoba.
Mendengar. Dalam komunikasi dua arah, ada yang berbicara, dan ada yang mendengar. Yang sering terjadi adalah tiap pihak saling menunggu kesempatan untuk berbicara tanpa meluangkan waktu untuk mendengar apa yang disampaikan pihak lain (karena ia sibuk menyiapkan apa yang akan disampaikan). Seringkali, banyak permasalahan dapat terselesaikan justru bukan karena seseorang menjadi pembicara yang handal, melainkan karena ia bersedia memahami orang lain dengan cara mendengarkan dengan saksama apa yang disampaikan (keluhan, masalah, keinginan, harapan). Informasi yang didengar inilah yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan langkah selanjutnya untuk menyelesaikan masalah.
Terbuka. Untuk mendorong tiap pihak untuk saling terbuka, seorang pimpinan hendaknya tidak menghukum orang yang menyampaikan pendapat, masalah, atau perasaannya. Keterbukaan bisa juga dibuatkan wadahnya, yaitu melalui bulletin board, kotak saran, atau media antarkaryawan. Karyawan yang menyampaikan pendapat atau ide yang bisa dimanfaatkan perusahaan, bisa diberikan hadiah, atau penghargaan. Demikian juga dengan karyawan yang bisa mengidentifikasi atau mengantisipasi masalah serta mengusulkan alternatif pemecahannya.
Menyamakan persepsi. Komunikasi dua arah sering terhambat karena adanya perbedaan persepsi terhadap suatu masalah. Dengan demikian, dalam berkomunikasi, ada baiknya disampaikan juga latar belakang pemikiran dari ide yang disampaikan, sehingga orang lain juga bisa memiliki persepsi yang sama, berangkat dari persepsi yang sama, atau paling tidak memahami persepsi orang yang menyampaikan informasi tersebut. Jika pemahaman sudah tergalang, maka komunikasi dua arah akan lebih mudah mengalir.
Komunikasi empat mata. Banyak juga karyawan yang enggan menyampaikan pendapat karena sungkan berbicara di hadapan banyak orang, padahal mungkin saja karyawan tersebut memiliki ide yang brilian. Seorang pimpinan bisa mencoba melakukan komunikasi dua arah terhadap anak buahnya secara regular untuk memahami kebutuhan, ekspektasi, masalah mereka. Dengan komunikasi empat mata, bawahan mungkin saja lebih nyaman menyatakan pendapat atau menyampaikan permasalahan yang ditemuinya di lapangan. Jadi, komunikasi empat mata penting untuk dilakukan dengan lebih sering, tidak hanya ketika melakukan evaluasi kerja tahunan.
Ada banyak cara untuk membangun komunikasi dua arah, beberapa di antaranya baru saja kita bahas bersama. Mungkin Anda bisa memilih mana yang paling cocok untuk Anda, atau mengkombinasi beberapa strategi untuk mencapai komunikasi dua arah dengan lebih mudah, dengan hasil yang lebih baik. Selamat berkomunikasi!

Dinamika kelompok dalam keperawatan

Pengertian

Banyak ahli membuat kajian ttg kelp baik ditinjau dari pndangan sosiologi,psikologi social,maupun dari teori – teori komunikasi, diantaranya adalah :
Menurut Fiedler, KELOMPOK adalah serangkaian individu yang mempunyai persamaan – persamaan yang saling berdekatan dan saling terlibat dalam suatu tugas bersama anggota – anggota kelompok merasa saling tergantung dalam mencapai tujuan bersama
Menurut Stogdil: kelompok dapat dianggap sebagai system terbuka yang berinteraksi dimana kegiatan menentukan struktur dari system dan interaksi yang terus menerus mempunyai pengaruh terhadap identitas system.
Menurut Edgar Schein, kelompok adalah sejumlah orang / kumpulan orang yang mengadakan interaksi satu dengan yang lain, yang secara sadar mengakui keberadaan orang lain & menganggap diri mereka sebagai kelompok
Mills, menyebutkan bahwa Kelompok kecil adalah unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan untuk suatu kegunaan & menilai hubungan bermanfaat
Shaver : Kelompok social adalah kumpulan yang mempunyai implikasi psikologik kepada individu / perorangan berdasarkan kepada kesadaran seseorang terhadap anggota kelompok lain,kenggotaanya didalamkelompok dan kemanfaatan emosional dari kelompok

Kelompok
Kumpulan orang – orang berinteraksi satu dengan lainnya secara teratur untuk masa tertentu dan merasa bahwa mereka saling tergantung demi mencapai tujuan

Karakteristik Kelompok
Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
1.Terdiri dari 2 orang atau lebih
2.Adanya interaksi yang terus menerus
3.Adanya pengembangan identitas kelompok
4.Adanya norma – norma kelompok
5.Adanya diferensiasi peran
6.Peran yang saling tergantung
7.Produktivitas bertambah atau meningkat
8.Saling membagi tujuan yang sama

Proses terjadinya kelompok (sarwono,solita 1993)
Perasaan=Motivasi=Tujuan=Interaksi=Pembentukan=Perpecahan=Penyesuaian= Perubahan=Perasaan

Macam-macam bentuk kelompok

1.Kelompok Formal dan Informal
Kelompok Formal
Ditandai dg peraturan/anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan pembagian tugas yang jelasEx : Partai Politik, Koperasi
Kelompok Informal
Tidak didukung oleh peraturan/anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang ada. Sifatnya berdasarkan kekeluargaan dengan perasaan simpatik. (Ex : Kelp Arisan)

2.Kelompok terbuka dan tertutup
Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang secara tetap mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan
Kelompok tertutup adalah suatu kelompok yang kecil kemungkinannya untuk menerima perubahan dan pembaharuan atau memiliki kecenderungan untuk tetap menjaga kestabilan yang telah ada.

3.Kelompok primer Dan Sekunder
- Kelompok Primer
Merp kelompok sosial dimana interaksi sosial terjadi yg anggotanya saling mengenal dekat & memiiki hubungan yg erat dlm kehidupan (Ex : keluarga, rukun tetangga, kelp diskusi, kelp agama dll)
- Kelompok sekunder:
Terjadi apabila interaksi sosial dilakukan secara tidak langsung, berjauhan dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan sifatnya lebih objektif.
(Ex : Partai politik, Himpunan serikat pekerja, dll)
Fungsi Kelompok

Fungsi Kelompok dalam organisasi
-Kelompok sasaran untuk mengerjakan tugas yang kompleks dan saling berkaitan dan sukar dilakukan oleh individu
-Sarana pencetus gagasan baru pemecahan persoalan dengan tujuan cepat dapat menyebarluaskan informasi
-Kelompok dapat menjadi penghubung penting dalam fungsi pekerjaan
-Sebagai mekanisme pemecahan persoalan yang memerlukan informasi dari anggota kelompok
-Mempermudah pelaksanaan keputusan
-Sebagai wahana sosialisasi

Fungsi Psikologis individu dalam kelompok
-Kelompok merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan sebagai anggota kelompok Ex: Kebutuhn kasih sayang, dukungan
-Kelompok merupakan sarana untuk mengurangi rasa cemas, kurang aman, dan ketidakberdayaan
-Anggota kelompok merupakan mekanisme pemecahan persoalan dan menjelaskan tugas

Fungsi yang berhubungan dengan tugas
-Tugas – tugas yang dibebankan kepada kelompok dengan cara bekerjasama, memecahkan bersama akan dapat menyelesaikan tugas – tugas / persoalan dengan lebih baik karena adanya dukungan dan bantuan orang lain

Dinamika Kelompok

Berasal dari kata dinamika yang artinya: tingkah laku warga yang dapat mempengaruhi tingkah laku warga yang lainnya sehingga terjadi hubungan timbal balik

-Secara jelas dinamika berarti:
Interaksi atau intyerdependensi antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
-Dinamika kelompok:
Merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang
memiliki hubungan psikologis.

Fungsi Dinamika Kelompok
-Antara individu yg satu dg yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan, mengingat setiap individu tidak mungkin dpt hidup secara sendiri didalam masyarakat atau dimana ia bertempat tinggal.
-Lebih memudahkan segala pekerjaan yg membutuhkan pemecahan masalah dpt teratasi, & mengurangi beban pekerjaan yg terlalu besar shg waktu un menyelesaikan pekerjaan dpt diatur secara tepat, efektif dan efisien
-Akan lebih meningkatkan masyarakat yang demokrasi karena individu satu dengan yang lainnya dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dengan masyarakat.
Proses perkembangan kelompok
Suatu kelompok berkembang melalui proses dan tahap – tahap tertentu.Proses perkembangan kelompok menjadi penting dalam membentuk kelompok khusus yang dikenal sebagai tim
Dalam proses perkembangan kelompok melalui tahapan – tahapan sebagai berikut (Tuckman)

1. Forming (pembentukan )
 diawali dg adanya perasaan & persepsi yg sama
 Adanya Motivasi dan penentuan tujuan
 Timbul interaksi
 pembentukan kelp

Storming (Badai)
Perbedaan persepsi
Konflik antar anggota kelp
Terjadi tahap penyesuaian

3. Norming ( pembentukan Norma)
Adanya kesepakatan didalam kelp
Pembentikan Peraturan dlm kelp

4. Performing (tahapan menjalankan fungsi)
Penyesuaian demi kepentingan bersama
Anggota kelp menjalankan fungsinya

Perkembangan Kelompok Dibagi Tiga Tahap

-Tahap pra afiliasi=Tahap permulaan diawali perkenalan (sifat dan nilai masing-masing anggota)

-Tahap fungsional=Ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakkan dalam kelompok.

-Tahap disolusi=Terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakkan karena perbedaan pola sehingga percampuran yang harmonis tidak terwujud ® bubar.
Keunggulan dan kekompakan dalam kelompok

Menghambat
Waktu penugasan
Tempat atau jarak anggota yang berjauhan dapat mempengaruhi kualitas/kuantitas pertemuan.

Memperlancar
Keterbukaan antar anggota
Kemauan untuk mengutamakan kepentingan kelompok
Kemampuan scra emosional dlm mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemauan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang disepakati.

Indikator Untuk Mengukur Tingkat perkembangan kelompok
1.,Adaptasi
-Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru.
-Setiap kelompok tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok.
-Proses adaptasi berjalan baik ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.

2.Pencapaian tujuan
-Setiap anggota kelompok mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.

3.Komunikasi dalam kelompok.
Komunikasi sangat efektif dalam kelompok karena dapat ditemui kecepatan, penampilan, keakuratan , kepuasan kerja, kelenturan dan keaktifan komunikasi setiap anggota kelompok.

Kekuatan dalam Kelompok
Suatu aspek yang memegang peranan penting dalam proses perkembangan kelompok adalah kekuasaan/power yang merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan yang menyangkut hubungan dengan orang lain.
Power ini dapat berupa unsur senioritas, kepintaran, kekayaan,kepangkatan,kekuatan dll.
Kekuasaan dalam kelompok dapat berbentuk :
1.Kekuasaan secara menyeluruh
2.Kekuasaan kelompok kelompok kecil dalam satu tim
3.Kekuasaan individu dalam kelompok

Upaya pengembangan kelompok
Dalam mengembangkan suatu kelompok maka anggota kelp perlu:
-Menyadari adanya kekuatan, mengerti dan mau menerima serta siap menggunakannya.
-Mengetahui dimana kekuatan itu berada, siapa yang memiliki,bagaimana ia
menggunakannya
-Menilai penggunaan kekuatan dihubungkan dengan tugas – tugas kelompok, apakah
memberikan pengaruh positif or negativ thd pencapaian tujuan
-Mengetahui cara mengubahnya, kalau ternyata power itu merusak atau konstruktif

Cara-cara mengidentifikasi kelompok
1.Berdasarkan persepsi
2.Berdasarkan motivasi
3.Berdasarkan Tujuan
4.Berdasarkan organisasi
5.Berdasarkan interdependensi
6.Berdasarkan interaksi

Pertumbuhan kelompok untuk anggota kelompok secara individual
1.adaptasi
2.Pencapaian tujuan
3.Integrasi
4.Membina dan memperluas pola

Karakteristik Kelompok yang efektif
1.Suasana (atmosfer)
2.Rasa aman (the ruduction)
3.Kepemimpinan yang bergilir (distribusi leadership)
4.Perumusan tujuan (goal Formulation)
5.Fleksibiliti (Fleksibilitas)
6.Mufakat
7.Kesadaran berkelompok
8.Evaluasi yang kontinu

Kriteria tim yang efektif (Mc.GREGOR)
1.Understanding
2.Komunikasi terbuka
3.Saling percaya
4.Saling membantu
5.Menengahi perbedaan – perbedaan
6.Menggunakan tim secara selektif
7.Keterampilan kelompok yang teapat
8.Kepemimpinan

Menghidupkan kegiatan kelompok
Kerjasama, saling percaya,dan rasa saling memiliki,keadilan dan saling hormat menghormati adalah kunci kegiatan kelompok,


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menghidupkan kelompok adalah :
1. Pemahaman yang jelas mengenai latar belakang tujuan pembentukan kelompok
2. Pemahaman yang jelas tentang sifat kegiatan kelompok
3. Memiliki perfektif yang luas tentang kedudukan kelompok serta dukungan & bimbingan dari pihak terkait

Keterampilan untuk membina kelompok
Keterampilan untuk membina kelompok agar dapat berfungsi dan efektif dapat dilakukan dengan cara :
1. Mendengar (Listening)
2. Mengatakan dan menanggapi perasaan
3. Menghormati norma – norma kelompok yang telah dibina sejak kelompok terbentuk
4. Memberi dukungan
5. Membangun ide – ide orang lain
6. Memberikan dorongan pada anggota kelompok
7. Meninjau proses

Pentingnya dinamika kelompok dalam Keperawatan
1. Profesi perawat merupakan bagian dari profesi kesehatan yg anggotanya terdiri dari perawat dimana terjadi satu ikatan profesi yg mempunyai tujuan untuk kepentingan yg sama dalam bidang keperawatan .
2. Profesi perawat terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat yg mempunyai tradisi, norma, prosedur dan terjadi aktifitas yg sama dalam menjalankan tugas sebagaimana seorang perawat.
3. Terbentuknya kelompok karena adanya partisipasi dari anggota yang mempunyai motivasi dan tujuan dari masing-masing anggota.
4. Setiap anggota saling tergantung satu dg yang lain karena saling memerlukan bantuan.

Pengelompokan Keluarga

1.keluarga Prasejahtera : Keluarga yg blm dpt memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu kebutuhan pengajaran agama/ pangan/ sandang/ papan/ kesehatan atau keluarga yg belum dpt mmenuhi salah satu atau lebih indicator keluarga sejahtera tahap I.

2.Keluarga Sejahtera Tahap I : Keluarga yg telah dpt memenuhi kebutuhan dasar secara minimal tetapi belum dpt memenuhi keseluruhan social psikologisnya yaitu kebutuhan pendidikan/ KB/ interaksi dalam keluarga/ interaksi dngn lingk tempat tinggal/ transfortasi.


3.Keluarga Sejahtera Tahap II : keluarga yg telah dpt memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan social psikologinya, tetapi blm dpt memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung & memperoleh informasi.

4.Keluarga Sejahtera Tahap III : Keluarga yg telah dpt memenuhi seluruh kebutuhan dasar,kebutuhan social psikologis & kebutuhan pengembangan tetapi belum dapat memberikan sumbangan yg maksimal terhadap masyarakat secara teratur.


5.Keluarga Sejahtera Tahap III plus : keluarga yg telah dpt memenuhi seluruh kebutuhan baik yg bersifat dasar,social psikologis,maupun pengembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yg nyata & berkelanjutan bagi masy.

Konsep Sehat Sakit

A. PENDAHULUAN
Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit sebagai sesuatu Hitam atau Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan dengan mudah; akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit.

Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekua¬saan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).

B. DEFINISI SEHAT
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang po¬sitif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi ling¬kungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

B. MODEL SEHAT SAKIT

1.Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman)
Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total”
Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat-Sakit.
Dengan model ini perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan rentang sehat-sakitnya. Sehingga faktor resiko klien yang merupakan merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengidentifikasi tingkat kesehatan klien. Faktor-faktor resiko itu meliputi variabel genetik dan psikologis.
Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu (Kesejahteraan Tingkat Tinggi – Kematian). Misalnya: apakah seseorang yang mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian pasangannya.
Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi perawat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

2.Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)
Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.
Pada pendekatn model ini perawat melakukan intervnsi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan
Model ini berhasil diterapkan untuk perawatan lansia, dan juga digunakan dalam keperawatan keluarga maupun komunitas.

3.Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.)
Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Pejamu, dan Lingkungan

Agen :Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial.
 jadi Agen ini bisa berupa yang merugikan kesehatan (bakteri, stress) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi, dll).
Pejamu: Sesorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit/sakit tertentu.
Faktor pejamu antara lain: situasi atau kondisi fisik dan psikososoial yang menyebabkan seseorang yang beresiko menjadi sakit.
Misalnya: Riwayat keluarga, usia, gaya hidup dll.
Lingkungan: seluruh faktor yang ada diluar pejamu.
•Lingkungan fisik: tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan, kebisingan
•Lingkungan sosial: Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, misalnys: stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.
Model ini menyatakan bahwa sehat dan sakit ditentukan oleh interaksi yang dinamis dari ketiga variabel tersebut. Menurut Berne et al (1990) respon dapat meningkatkan kesehatan atau yang dapat merusak kesehatan berasal dari interaksi antara seseorang atau sekelompok orang dengan lingkungannya.
Selain dalam keperawatan komunitas model ini juga dikembangkan dalam teori umum tentang berbagai penyebab penyakit.

4.Model Keyakinan-Kesehatan
Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.
Model ini memberikan cara bagaimana klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.
Terdapat tiga komponen dari model Keyakinan-Kesehatan antara lain:
a.Persepsi Individu tentang kerentanan dirinya terhadap suatu penyakit.
Misal: seorang klien perlu mengenal adanya pernyakit koroner melalui riwayat keluarganya, apalagi kemudian ada keluarganya yang meninggal maka klien mungkin merasakan resiko mengalami penyakit jantung.
b.Persepsi Individu terhadap keseriusan penyakit tertentu.
Dipengaruhi oleh variabel demografi dan sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit, anjuran untuk bertindak (misal: kampanye media massa, anjuran keluarga atau dokter dll)
c.Persepsi Individu tentang manfaat yang diperoleh dari tindakan yang diambil.
Seseorang mungkin mengambil tindakan preventif, dengan mengubah gaya hidup, meningkatkan kepatuhan terhadap terapi medis, atau mencari pengobatan medis.

5.Model ini membantu perawat memahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan perilaku klien, serta membantu perawat membuat rencana perawatan yang paling efektif untuk membantu klien, memelihara dan Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)
Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan.
Fokus dari model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif-persepsi dan faktor pengubah).
mengembalikan kesehatan serta mencegah terjadiny penyakit.
Berdasarkan gambar diatas Model ini dapat:
oMengidentifikasi berbagai faktor (demografik, sosial) yang dapat meningkatkan atau menurunkan partisifasi untuk meningkatkan kesehatan.
Mengatur berbagai tanda kedalam sebuah pola untuk menjelaskan kemungkinan munculnya partsisipasi klien dalam perilaku peningkatan kesehatan
SAKIT DAN PERILAKU SAKIT
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.

Konsep Lingkungan

KONSEP : Suatu keyakinan Yang Compleks terhadap suatu obyek, Benda , peristiwa at fenomena berdasarkan pengalaman & persepsi seseorang berupa ide, pandangan at keyakinan. Kumpulan beberapa Konsep=model at kerangka konsep

LINGKUNGAN : Lingkungan yg kelasik adalah sekeliling tempat organisasi berorganisasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam,flora, fauna,manusia serta hubungan didalamnya.
Pengertian lingkungan yg lain, merupakan kesatuan ruang dngn semua benda ,daya, keadaan dan mahluk hidup lain. Ruang, merupakan suiatu tempat berbagai komponen lingkungan hidup menempati & melakukan proses, sehingga antara ruang & komponen lingkungan merupakan satu kesatuan yg tdk terpisahkan.
Lingkungan hidup merupakan ekologi terapan dngn tujuan agar manusia dpt menerapkan prinsif & konsep pokok ekologi dlm lingkungan hidup. Manusia merupakan mahluk yg paling dominant terhadap ekosistem dibumi.

Konsep Lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pd lingkungan masy yaitu lingkungan fisik, psikologi, social, budaya & spiritual.
Untuk memahami hubungan lingkungan dngn kesehatan masy. (individu, keluarga, kelompok dan komunitas) Dapat digunakan model segitiga :

Agen= Hospes= Lingkungan
Ketiga komponen saling berhubungan & dpt berpengaruh terhadap status kes. Penduduk.

AGEN : suatu factor suatu factor yg dpt menyebabkan penyakit.

HOSPES : Mahluk hidup yaitu manusia at hewan yg dpt terinfeksi at dipengaruhi oleh agen.

LINGKUNGAN : factor eksternal yg mempengaruhi kesehatan
Seperti
-Lingkungn perumahan kumuh
-Lingkungan kerja yg tdk nyaman
-Tingkat social ekonomi yg rendah
-Pendidikan masy yg rendah
-Terbatasnya jumlah fasilitas pelayanan kes.
-Letak fasilitas pelayanan kes. Yg jauh dr pemukiman penduduk

Terjadinya Penyakit
Proses terjadinya penyakit (john Gordon)
1.Terjadi keseimbangan antara agen & Host yg bertumpu pada lingkungan atau seseorang dlm keadaan sehat.
2.Agen lebih berat dari Host yg bertumpu pd lingkungn normal
3.Host lebih berat dari Agen yg bertumpu pd lingkungn normal
4.Agen lebih berat dari Host yg bertumpu pd lingkungn yang tdk normal
5.Host lebih berat dari Agen yg bertumpu pd lingkungn yg tdk normal

Konsep Manusia Sehat Sakit Dalam Pelayanan Keperawatan

Keperawatan: Suatu bentuk pelayanan professional yg merupakan bagian integral dr pelayanan kesehatam berbentuk pelayanan biologis, psikologi, social & spiritual secara komfrehensif yg ditujukan pd individu, keluarga, & masyarakat baik sehat maupun sakit.

Paradigma keperawatan
Manusia=Lingkungan==Kesehatan=keperawatan=manusia

Konsep Manusia
Manusia: Mahluk biopsikososiospiritual yg uutuh dlm arti merupakan satu kesatuan utuh dr aspek jasmani & unik krn mempunyai berbagai kebutuhan sesuai dngn tingkat kebutuhan.
Sebagai sasaran pelayanan asuhan keperawatan & praktek keperawatan, manusia adalah klien yg dibedakan menjd individu,keluarga dan masy.

Individu sebagai Klien

Individu : anggota keluarga yg unik sbg kesatuan utuh dr aspek biopsikososiospiritual.
Peran Perawat pd individu sbg klien: Pd dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yg mencakup biopsikososiospiritual, krn adanya kelemahan fisik & mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien.

Hirarki Maslow tentang kebutuhan dasar Manusia
-Aktualisasi Diri(Kebutuhan dr individu unt mencapai tujuan melalui pengembangan kemampuan individu tsb)
-Harga diri(Memberikan rasa percaya diri & mandiri pd seseorang)
-Dicintai & rasa memiliki(pada dasarnya mempunyai kebutuhan u/ dicintai & memiliki termasuk didalamnya mengerti & menerima)
-Keamanan & kenyamanan(Menyangkut komponen fisik & emosional,menjaga klien dr kemungkinan terjd sesuatu yg merugikan)
-Kebutuhan fisiologi(Kebutuahan pling dasar krn sangat penting dlm kehidupn)

Keluarga Sebagai Klien
Merupakan sekelompok individu yg berhubungan erat secara terus menerus & terjd interaksi satu dngn yg lain baik perorngn maupun secr bersama2 didlm lingkungnnya sendiri mauoun masy secr keseluruhan.

Masyarakat sebagai Klien
Suatu pranata yg terbentuk krn interaksi antara manusia & budaya dlm lingknya bersifat dinamis & terdr dr individu,kelga,kelompk & komunitas yg mempnyai tujuan & norma sbg system nilai.
Ada 6 Faktor pengaruh masyarakat terhadap kes. Anggota masy=(tersedianya fasilitas pelayanan kes/pendidikan/rekreasi/transportasi/komunikasi/ social/keyakinan masy)
Konsep sehat sakit

Kesehatan bg seseorang adalah sesuatu yg relative berdasarkan pd nilai & kepercayaan orng tsb

Sehat : Keadaan seimbang yg dinamis antara bentuk & fungsi tubuh serta berbagai factor yg berusaha mempengaruhinya (Parkins,1938)

Sehat adalah keadaan sempurna dr factor mental, social, tdk hanya bebas dr peny at kelemahan (WHO)
Derajat Kesehatan seseorang sngt dipengaruhi keluarga, komunitas & masy dimn seseorang itu tinggal.

KONSEP MODEL SEHAT
-The clinical Model : sehat=bebas dr gejala penykt
-The role performenced model : sehat=kemampuan memenuhi peran social
-The adaptive model : sehat=merupkan suatu proses kreatif
-The eudemonistic model : sehat=suatu kondisi dr aktualisasi & realisasi kemampuan seseorang.

Sakit : suatu keadaan yg tdk menyenangkan yg menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari2 baik jasmani,rohani & social (parkins 1987)

Penyakit : suatu kelainan dr fungsi tubuh. Keadaan ini mempunyai tanda gejala specific dimana sehat & sakit seseorang tergantung pd persepsi masing2.

Tahapan proses sakit: tahap gejala/ asumsi terhadap sakit/ kontak dngn pelayanan kes./ ketergantungan/ penyembuhan

Dampak sakit : terjd perubahan pd peran keluarga/ gangguan psikologis/ masalah keuangan/ kesepian akibat berpisah/ perubahan kebiasaan social/ privacy terganggu/ otonomi terganggu/ perubahan gaya hidup.

Prilaku pada orang sakit : Ada perasaan ketakutan/ menarik diri/ egosentris/ sensitive/ emosional meningkat/ perubahan persepsi/ berkurangnya minat.

Tahap/Tindakan pencegahan
1.Primary Preventive care= ditujukan terhdp peningktn kes. & perlindungan secara specific terhadap peny.
2.Secondary Preventive care= pemeliharaan kesehatan & pencegahan pd komplikasi yg dpt terjadi
3.Tertiary preventive care= penyembuhan klien & memulihkan pd keadaan maksimum setelah sakit.
Faktor yg mempengaruhi sehat sakit= Biologis/ emosional/ intelektual/ lingkungan/social-kultural/ spiritual

Teori Dan Model Keperawatan

Pengertian

SETIAP ORANG MENGENANG & MEMPELAJARI FENOMENA DALAM HIDUPNYA SEBAGAI SUATU PENGALAMAN HIDUPà DARI SUATU PENGETAHUAN DASAR YANG DIMILIKINYA

PENYUSUNAN BERBAGAI FAKTA/FENOMENA, KEYAKINAN DAN PENGALAMAN, DISUSUN DALAM BENTUK FALSAFAH, KONSEP, TEORI DAN PROSES

FALSAFAH
SUATU PANDANGAN DAN PENGETAHUAN YANG MENDASAR, DIGUNAKAN UNTUK MENGEMBANGKAN DAN MEMBANGUN SUATU PERSEPSI ATAU ASUMSI TERTENTU TENTANG KEHIDUPAN

KONSEP
SUATU KEYAKINAN YANG KOMPLEKS TERHADAP SUATU OBJEK, BENDA PERISTIWA ATAU FENOMENA BERDASARKAN PENGALAMAN DAN PERSEPSI SESEORANG BERUPA IDE, PANDANGAN ATAU KEYAKINAN. KUMPULAN BEBERAPA KONSEP à MODEL ATAU KERANGKA KONSEP

TEORI
HUBUNGAN BEBERAPA KONSEP YANG MEMBENTUK PANDANGAN SISTEMATIS TERHADAP GEJALA-GEJALA ATAU FENOMENA-FENOMENA DENGAN MENENTUKAN HUB. SPESIFIK ANTARA KONSEP-KONSEP TERSEBUT UNTUK MENGURAIKAN, MENERANGKAN, MERAMALKAN ATAU MENGENDALIKAN SUATU FENOMENA

PROSES
FASE KERJA DARI SUATU KERANGKA KONSEP ATAU SUATU TEORI

TEORI KEPERAWATAN

NEWMANN (1979)
ADA TIGA CARA DALAM TEORI KEPERAWATAN “MEMINJAM TEORI-TEORI DARI DISIPLIN ILMU LAIN YANG RELEVAN., MENGANALISA SITUASI PRAKTEK KEPERAWATAN., MENCIPTAKAN SUATU KERANGKA KONSEP UNTUK PENGEMBANGAN TEORI KEPERAWATAN

STEVENS (1984)
USAHA UNTUK MENGURAIKAN DAN MENJELASKAN BERBAGAI FENOMENA DALAM KEP. (DIKUTIP TAYLOR. C, DKK, 1989).
TEORI KEPERAWATAN BERTUJUAN DALAM MEMBEDAKAN KEPERAWATAN DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN BERTUJUAN MENGGABARKAN,MENJELASKAN, MEMPERKIRAKAN DAN MENGONTROL HASIL ASUHAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN

TORRES (1985) & CHIN DAN JACOB (1983) KARAKTERISTIK DASAR TEORI KEPERAWATAN :
IDENTIFIKASI HUB. SPESIFIK DARI KONSEP KEP.HARUS BERSIFAT ILMIAH BERSIFAT SEDERHANA DAN UMUM BERPERAN MEMPERKAYA BODY OF KNOWLEDGE à PENELITIAN PEDOMAN DALAM PERBAIKAN KUALITAS PRAKTEK KEP

SISTER CALISTA ROY (1964)

MODEL ADAPTASI ROY
ASUMSI DASAR MODEL INI :
1.INDIVIDU ADALAH MAHLUK BIOPSIKOSOSIAL SEBAGAI SATU KESATUAN YANG UTUH
2.SETIAP INDIVIDU MENGGUNAKAN KOPING (+/-) UNTUK BERADAPTASI.
ADAPATASI DIPENGARUHI 3 KOMPONEN : PERUBAHAN, KONDISI DAN SITUASI, KEYAKINAN DAN PENGALAMN DALAM BERADAPTASI
3.INDIVIDU SELALU BERADA PADA RENTANG SEHAT SAKIT YANG BERHUBUNGAN ERAT DENGAN KEEFEKTIFAN KOPING UNTUK MEMELIHARA KEMAMPUAN ADAPTASI

MENURUT ROY, RESPON YANG MENYEBABKAN PENURUNAN INTEGRITAS TUBUH MENIMBULKAN ADANYA KEBUTUHAN DAN MENYEBABKAN INDIVIDU BERESPON TERHADAP KEBUTUHAN TERSEBUT MELALUI UPAYA ATAU PERILAKU TERTENTU

INDIVIDU ADALAH MAHLUK BIOPSIKOSOSIAL SEBAGAI SATU KESATUAN YANG UTUH MEMILIKI KOPING UNTUK BERADAPTASI, INDIVIDU BERINTERAKSI SECARA KONSISTEN ATAU BERADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN. LINGKUNGAN YANG ADA DI SEKELILING KITA BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MANUSIA. PERAN PERAWAT ADALAH MEMBANTU PASIEN BERADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN YANG ADA

MARTHA E ROGER

MODEL INI : FOKUS PADA KEHIDUPAN MANUSIA
TEORI ROGER DIDASARKAN PADA PENGETAHUAN TTG ASAL USUL MANUSIA DAN ALAM SPT : ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI,, ASTRONOMI, AGAMA, FILOSOFI DAN MITOLOGI
TEORI INI BERFOKUS PD PROSES KEHIDUPAN MANUSIA & KEHIDUPAN SESEORANG DIPENGARUHI ALAM SBG FAKTOR LINGKUNGAN

ASUMSI DASAR TEORI ROGER :
MANUSIA ADALAH SATU KESATUAN YANG UTUH TIDAK DAPAT DIPISAH-PISAHKAN
MANUSIA BERINTERAKSI LANGSUNG DENGAN LINGKUNGANNYA
KEHIDUPAN SETIAP MANUSIA ADALAH SESUATU YANG UNIK
PERKEMBANGAN MANUSIA DAPAT DINILAI DARI TINGKAH LAKUNYA
MANUSIA DICIPTAKAN DENGAN KARAKTERISTIK DAN KEUNIKAN TERSENDIRI

SECARA SINGKAT TEORI ROGER BERFOKUS PADA MANUSIA SBG SATU KESATUAN YANG UTUH DALAM SIKLUS KEHIDUPANNYA, LINGKUNGAN ADALAH SEGALA HAL YANG BERADA DI LUAR DIRI MANUSIA

DOROTHY E JOHNSON

TEORI D E JOHNSON BAHWA ASKEP DILAKUKAN UNTUK MEMBANTU INDIVIDU MEMFASILITASI TINGKAH LAKU YANG EFEKTIF DAN EFESIEN UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA PENYAKIT

MANUSIA ADALAH MAHLUK YANG UTUH TERDIRI DARI DUA SISTEM YAITU SISTEM BIOLOGI DAN TINGKAH LAKU TERTENTU. LINGKUNGAN TERMASUK MASYARAKAT ADALAH SISTEM EKSTERNAL YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU SESEORANG

SESEORANG DIKATAKAN SEHAT JIKA MAMPU BERESPON ADAPTIF BAIK FISIK, MENTAL, EMOSI DAN SOSIAL TERHADAP LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN HARAPAN DAPAT MEMELIHARA KESEHATANNYA. ASKEP DILAKUKAN UNTUK MEMBANTU INDIVIDU KESEIMBANGAN INDIVIDU TERHADAP

BETTY NEUMAN

TEORI INI BERFOKUS PADA INDIVIDU DAN RESPON ATAU REAKSI INDIVIDU THD STRESS TERMASUK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ADAPTASI PASIEN

MANUSIA MERUPAKAN SISTEM TERBUKA YANG SALING BERINTERAKSI DENGAN LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MERUPAKAN PENYEBAB STRESS

STRESSOR SEPERTI PENYAKIT MENYEBABKAN ORANG BEREAKSI UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEHATANNYA MELALUI MEKANISME KOPING. PENYEBAB STRESS DAPAT BERASAL DARI DIRI SENDIRI, DARI LUAR INDIVIDU ATAU KARENA INTERAKSI DENGAN ORANG LAIN

ASKEP DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH ATAU MENGURANGI REAKSI TUBUH AKIBAT STRESS.
ADA TIGA PENCEGAHAN STRES :
1.PENCEGAHAN PRIMER : IDENTIFIKASI ADANYA STRESSOR, CEGAH REAKSI TUBUH KARENA ADANYA STRESSOR
2.PENCEGAHAN SEKUNDER : TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK MENGHILANGKAN GEJALA PENYAKIT ATAU REAKSI TUBUH LAINNYA
3.PENCEGAHAN TERSIER : PENGOBATAN RUTIN DAN TERATUR DAN PENCEGAHAN TERHADAP KOMPLIKASI PENYAKIT

MYRA E LEVINE

TEORI LEVINE BERFOKUS PADA INTERAKSI MANUSIA
ASUMSI YANG MENDASARI ADALAH :
PERAWAT BERTAWANGGUNGJAWAB UNTUK MENGENAL RESPON/REAKSI DAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU SERTA FUNGSI TUBUH PASIEN. RESPON TERJADI JIKA DIA MENCOBA BERADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN ATAU PENYAKIT

FUNGSI PERAWAT ADALAH MELAKUKAN INTERVENSI KEP. SERTA MEMBINA HUBUNGAN TERAPETIK, INTERVENSI KEPERAWATAN BERTUJUAN UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN DAN MENCEGAH PENYAKIT SERTA MEMPERBAIKI STATUS KESEHATAN

FLORENCE NIGHTINGALE (MODEL LINGKUNGAN)

NIGHTINGALE MEMANDANG MANIPULASI LINGKUNGAN FISIK SEBAGAI KOMPONEN UTAMA DALAM KEP.

DIA MENGIDENTIFIKASI VENTILASI, KEHANGATAN, CAHAYA, KEBISINGAN, TEMPAT TIDUR DAN KEBERSIHAN TMPAT TIDUR, KEBERSIHAN RUANGAN/DINDING DAN NUTRISI SEBAGAI AREA UTAMA LINGKUNGAN YANG HARUS DIKONTROL PERAWAT

JIKA SATU ATAU ASPEK TERSEBUT TIDAK SEIMBANG, KLIEN HARUS MENGGUNAKAN ENERGI YANG BERLEBIH UNTUK MENGTASI STRESS LINGKUNGAN, KARENA STRES MEMBUANG ENERGI YANG DIPERLUKAN UNTUK PENYEMBUHAN

ASPEK LINGKUNGAN FISIK DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN SOSIAL DAN PSIKOLOGIS INDIVIDU

HILDEGARD E. PEPLAU

KEPERAWATAN MERUPAKAN TERAPETIK KRN MERUPAKAN SENI PENYEMBUHAN, MEMBANTU INDIVIDU YANG SAKIT ATAU BUTUH PERAWATAN KESEHATAN
KEPERAWATAN DIANGGAP SEBAGAI SUATU PROSES INTERPERSONAL KARENA MELIBATKAN INTERAKSI ANTARA DUA INDIVIDU ATAU LEBIH DENGAN TUJUAN MEMBANTU PERAN DALAM PROSES TERAPETIK

ADA EMPAT FASE DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL :
1.TAHAP ORIENTASI : PERAWAT DAN PASIEN BERTEMU DAN BEKERJASAMA DALAM MENGANALISA SITUASI GUNA MENGENALI MASALAH
2.TAHAPAN IDENTIFIKASI : PERAWAT DAN PASIEN MENGKLARIFIKASI PERSEPSI DAN HARAPAN MASING-MASING
3.TAHAP EKSPLOITASI : PASIEN MEMANFAATKAN SEMUA PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN DAN MINAT PASIEN
4.TAHAP RESOLUSI : KEBUTUHAN PASIEN TELAH TERPENUHI MELALUI USAHA KOLABORATIF PERAWAT PASIEN

VIRGINIA HENDERSON

FOKUS PADA PERAWATAN INDIVIDU, DIA MENEKANKAN UNTUK MEMBANTU INDIVIDU DENGAN AKTIVITAS PENTING UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEHATAN, UNTUK SEMBUH ATAU MENCAPAI KEMATIAN YANG DAMAI.
ADA 14 KOMPONEN DASAR :
1.BERNAFAS SECARA NORMAL
2.MAKAN DAN MINUM DENGAN CUKUP
3.MEMBUANG SISA BUANGAN TUBUH
4.BERGERAK DAN MEMPERTAHANKAN POSTUR YANG DIINGINKAN

ABDELLAH FAZE GLENN

MENGGAMBARKAN PERAWATAN SEBAGAI PELAYANAN TERHADAP INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
KEPERAWATAN DIDASARKAN KEPADA SENI DAN ILMU PENGETAHUAN, KOMPETENSI INTELEKTUAL DAN KEAHLIAN TEHNIK INDIVIDU PERAWAT DALAM MENOLONG ORANG SAKIT DAN SEHAT, BERADAPTASI DENGAN KEBUTUHAN SEHAT

DALAM MENGIDENTIFIKASI MASALAH KEPERAWATAN, ADA 3 KATEGORI UTAMA :
1.KEBUTUHAN FISIK, SOSIOLOGI DAN EMOSIONAL PASIEN
2.TIPE HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA PERAWAT DAN PASIEN
3.ELEMEN-ELEMEN PERAWATAN PASIEN